Apa Saja Biaya Sekolah Anak yang Tak Terduga dan Bagaimana Menyiasatinya?

banner 468x60

Hasil survei BPS (2023) bahkan mencatat, pengeluaran untuk pendidikan menyumbang hingga 7–15% dari total pengeluaran rumah tangga di kota besar. Bagi orang tua, pendidikan anak adalah salah satu prioritas terbesar dalam hidup. Banyak yang bahkan sudah menyiapkan tabungan sejak anak lahir agar kebutuhan sekolah bisa tercukupi. 

Namun, sering kali kenyataannya tidak semulus rencana. Biaya sekolah anak ternyata bukan hanya sekadar uang pangkal dan SPP bulanan. Ada banyak biaya lain yang muncul secara tiba-tiba, sehingga membuat orang tua kelabakan.

banner 336x280

Pertanyaannya, biaya apa saja yang biasanya tidak terduga? Bagaimana cara menyiasatinya agar tidak mengganggu keuangan keluarga?

1. Biaya seragam dan perlengkapan sekolah

Setiap tahun ajaran baru, biaya seragam dan perlengkapan sekolah selalu jadi pos yang menguras kantong. Tidak hanya seragam utama, biasanya sekolah juga mewajibkan seragam olahraga, batik, pramuka, hingga atribut kecil seperti dasi, topi, atau badge.

Belum lagi perlengkapan lain seperti buku tulis, alat gambar, hingga peralatan praktek tertentu (misalnya peralatan laboratorium untuk anak SMP/SMA). Angkanya bisa mencapai jutaan rupiah dalam sekali belanja.

2. Biaya kegiatan ekstrakurikuler dan lomba

Sekolah tidak hanya soal belajar di kelas. Anak sering kali ikut kegiatan ekstrakurikuler, misalnya futsal, tari, musik, atau klub bahasa. Hampir semua kegiatan ini membutuhkan biaya tambahan, entah itu iuran bulanan, sewa pelatih, atau kostum khusus.

Belum lagi kalau anak berprestasi dan dikirim ikut lomba di luar kota. Biaya transportasi, akomodasi, hingga uang saku tentu harus ditanggung orang tua.

3. Biaya study tour dan outing class

Salah satu biaya tak terduga yang cukup besar adalah study tour atau outing class. Program ini biasanya wajib diikuti siswa untuk pengalaman belajar di luar sekolah. Meski bermanfaat, biayanya tidak main-main. Tergantung destinasi, biaya bisa ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Banyak orang tua yang akhirnya harus “mengencangkan ikat pinggang” supaya anak tetap bisa ikut kegiatan ini tanpa merasa berbeda dari teman-temannya.

4. Kegiatan sekolah mendadak

Selain kegiatan yang sudah terjadwal, ada pula biaya mendadak seperti acara perpisahan, pentas seni, hingga iuran untuk perayaan tertentu. Sekilas terlihat kecil, tapi jika ditotal dalam setahun, bisa jadi beban tambahan bagi keuangan rumah tangga.

5. Biaya les tambahan

Kurikulum sekolah makin menantang, sehingga banyak orang tua merasa perlu memberikan les tambahan agar anak lebih paham pelajaran. Dari bimbel offline, kursus online, hingga guru privat, semua tentu membutuhkan biaya ekstra.

Survei dari Katadata Insight Center (2024) menunjukkan, lebih dari 60% orang tua di kota besar mengeluarkan biaya les tambahan di luar SPP, dengan rata-rata Rp500 ribu hingga Rp2 juta per bulan per anak. Angka ini jelas signifikan dalam jangka panjang.

6. Perangkat digital untuk belajar

Sejak pandemi, kebutuhan akan perangkat digital seperti laptop, tablet, atau smartphone semakin meningkat. Bahkan kini, banyak sekolah sudah menerapkan sistem pembelajaran berbasis aplikasi. Artinya, anak tidak bisa hanya mengandalkan buku dan pensil.

Harga perangkat digital tentu tidak murah. Apalagi jika harus ganti atau upgrade karena perangkat lama tidak lagi mendukung aplikasi sekolah.

7. Dana darurat kesehatan dan asuransi pendidikan

Meski tidak berhubungan langsung dengan sekolah, kesehatan anak juga sering mengganggu cashflow pendidikan. Anak yang sakit dan membutuhkan perawatan tentu membuat orang tua harus mengalokasikan dana tambahan.

Selain itu, beberapa sekolah juga mewajibkan asuransi pendidikan atau asuransi kesehatan. Biaya ini sering luput dari perhitungan awal, tapi wajib dibayarkan.

Bagaimana cara menyiasati biaya sekolah anak?

a. Siapkan pos pendidikan khusus – Pisahkan tabungan pendidikan anak sejak dini agar tidak bercampur dengan kebutuhan harian.

b. Gunakan metode alokasi gaji – Terapkan pola 40-30-20-10, di mana minimal 20% gaji bisa dialokasikan untuk tabungan pendidikan.

c. Cari alternatif sekolah – Pendidikan bagus tidak selalu identik dengan biaya mahal. Sesuaikan pilihan sekolah dengan kondisi keuangan.

d. Manfaatkan beasiswa – Banyak sekolah maupun lembaga swasta menyediakan beasiswa untuk anak berprestasi.

e. Siapkan dana darurat pendidikan – Sama pentingnya dengan dana darurat rumah tangga.

Namun, faktanya tidak semua biaya sekolah bisa diprediksi atau ditabung dari jauh-jauh hari. Ketika ada kebutuhan mendesak, misalnya biaya masuk sekolah baru, study tour, atau perangkat digital, orang tua sering kali butuh solusi cepat.

Di sinilah pinjaman bisa menjadi bantuan. Pinjaman pendidikan atau kredit konsumtif dapat membantu orang tua memenuhi kebutuhan sekolah anak tanpa harus mengorbankan pos penting lain dalam keuangan rumah tangga.

Jika kamu membutuhkan pinjaman cair cepat untuk kebutuhan sekolah anak, kamu bisa menggunakan Neo Pinjam di neobank dari Bank Neo Commerce. Produk pinjaman cair 24 jam tanpa ribet ini menyediakan limit hingga Rp100 juta dengan tenor bervariasi sampai 24 bulan. 

Ditambah, pinjaman cair cepat di Neo Pinjam juga bebas biaya admin saat pencairan. Meskipun mudah dan cepat, pengajuan kamu tetap melalui evaluasi kelayakan untuk menjaga keamanan pengguna dan mencegah risiko kredit bermasalah.

Download neobank di PlayStore atau App Store dan ajukan pinjaman di Neo Pinjam sekarang. Kunjungi link Neo Pinjam untuk tahu info lengkap serta syarat & ketentuan mengenai Neo Pinjam.

***

PT Bank Neo Commerce Tbk berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia (BI), serta merupakan bank peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

banner 336x280

Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES